livescoreasianbookie – Drama terjadi di pentas Liga Champions musim ini ketika Barcelona secara kontroversial tersingkir di babak semifinal setelah kalah dari Paris Saint-Germain (PSG). Bukan hanya kekalahan yang jadi sorotan, tapi keputusan-keputusan wasit Szymon Marciniak yang dianggap merugikan tim Catalan itu. Tak tinggal diam, Barcelona kini secara resmi meminta UEFA melakukan investigasi terhadap kinerja Marciniak dalam pertandingan tersebut.
Mengapa Barcelona merasa dicurangi? Bagaimana kronologi peristiwanya? Apa dampaknya bagi citra UEFA dan kompetisi Liga Champions? Mari kita bedah satu per satu.
Kronologi Pertandingan: Kekalahan Pahit Barcelona
Laga semifinal leg kedua Liga Champions antara Barcelona dan PSG berlangsung panas di Estadi Olímpic Lluís Companys, kandang sementara Barcelona. Datang dengan keunggulan 3-2 dari leg pertama di Paris, publik Camp Nou begitu optimistis tim asuhan Xavi Hernández akan melaju ke final.
Namun semua berubah menjadi mimpi buruk. PSG tampil menyerang sejak menit awal, dan puncaknya terjadi di babak kedua ketika wasit Szymon Marciniak membuat beberapa keputusan yang menuai protes keras dari kubu Barcelona. PSG akhirnya menang 4-1 di leg kedua, memastikan agregat 6-4 dan tiket ke final. Tapi bagi Barcelona, bukan hanya skor yang menjadi masalah — melainkan cara kekalahan itu terjadi.
Kontroversi di Lapangan: Titik Awal Kegeraman
Beberapa keputusan Marciniak yang memicu amarah Barcelona antara lain:
-
Kartu Merah Ronald Araújo
Pada menit ke-29, bek Barcelona Ronald Araújo menerima kartu merah langsung setelah dianggap melanggar Bradley Barcola yang melaju sendirian ke arah gawang. Banyak yang menilai keputusan ini terlalu keras, mengingat Araújo tidak sepenuhnya menjadi pemain terakhir dan kontaknya minimal.
-
Penalti untuk PSG
Di babak kedua, Marciniak memberikan penalti untuk PSG setelah Jules Koundé dianggap menyentuh bola dengan tangan. Tayangan ulang memperlihatkan bola mengenai tangan Koundé yang dalam posisi tertarik ke tubuh, memunculkan perdebatan apakah itu memang pelanggaran yang layak dihukum penalti.
-
Pelanggaran yang Tak Diberi Sanksi
Barcelona juga merasa dirugikan karena beberapa pelanggaran keras yang dilakukan pemain PSG, seperti tackle Vitinha terhadap Pedri, tak diganjar kartu atau setidaknya diperingatkan keras. Berita bola Wasit dinilai tak konsisten dalam menerapkan aturan.
Keputusan-keputusan ini membuat suasana memanas, baik di lapangan maupun di pinggir lapangan. Xavi bahkan sempat terlihat meluapkan kekesalannya kepada ofisial keempat dan akhirnya diusir keluar lapangan.
Baca Juga :
Pernyataan Resmi Barcelona: Minta UEFA Bertindak
Tak lama setelah laga berakhir, Barcelona mengeluarkan pernyataan resmi. Dalam pernyataan itu, mereka menegaskan kekecewaan mereka terhadap kepemimpinan Marciniak yang dianggap “tidak sesuai standar kompetisi sebesar Liga Champions.”
Pihak klub meminta UEFA untuk melakukan investigasi penuh atas keputusan-keputusan Marciniak dan mempertimbangkan transparansi dalam proses penunjukan wasit. Barcelona juga mendesak agar UEFA memastikan wasit-wasit yang memimpin laga semifinal dan final memiliki “rekam jejak yang benar-benar bersih dan independen.”
Presiden Barcelona, Joan Laporta, secara terbuka menyatakan, “Kami tidak menuduh ada niat jahat, tetapi ada terlalu banyak keputusan yang merugikan kami secara sistematis. Kami menghormati PSG, tetapi kami tidak bisa diam ketika tim kami dirampok haknya untuk bertarung secara adil.”
Siapa Szymon Marciniak?
Szymon Marciniak bukanlah nama sembarangan di dunia perwasitan. Pria asal Polandia ini dikenal sebagai salah satu wasit top dunia. Ia memimpin final Piala Dunia 2022 antara Argentina dan Prancis, serta final Liga Champions 2023 antara Manchester City dan Inter Milan. Marciniak dikenal sebagai wasit yang tegas, berani mengambil keputusan besar, dan jarang ragu dalam menghadapi tekanan.
Namun, reputasi itu kini justru menjadi sorotan. Banyak pihak menganggap Marciniak terlalu cepat mengeluarkan kartu merah atau penalti dalam laga-laga besar, yang justru membunuh tensi pertandingan.
Bagi Barcelona, kepemimpinan Marciniak malam itu dirasa menjadi contoh buruk bagaimana reputasi besar tidak selalu menjamin kualitas yang adil.
Reaksi Pemain dan Pelatih
Usai pertandingan, Xavi Hernández mengungkapkan frustrasinya di hadapan media. “Saya tidak ingin mencari alasan, tapi sulit menerima kekalahan seperti ini. Dengan sepuluh pemain, kami harus melawan segalanya, termasuk wasit,” ujarnya.
Ronald Araújo yang jadi korban kartu merah pun buka suara. “Saya merasa tidak pantas diusir. Itu bukan pelanggaran yang layak kartu merah. Saya sedih karena merasa menghancurkan perjuangan tim,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Sementara itu, para pemain lain seperti Ilkay Gündogan dan Robert Lewandowski juga mengkritik kepemimpinan wasit. “Kami berlatih keras sepanjang musim untuk momen seperti ini, dan semuanya buyar karena keputusan-keputusan yang meragukan,” ucap Lewandowski.
Reaksi Dunia Sepak Bola
Di media sosial, tagar seperti #MarciniakOut, #JusticeForBarca, dan #UCLReferee langsung trending. Mantan pemain dan analis pun angkat suara. Gary Lineker menyebut, “Barcelona berhak marah. Beberapa keputusan benar-benar membingungkan.” Sementara legenda Barcelona, Carles Puyol, menulis di Twitter: “Sulit menang ketika bukan hanya lawanmu yang harus kau kalahkan.”
Di sisi lain, ada juga yang membela Marciniak. Jamie Carragher berpendapat, “Araújo tahu risikonya. Kadang memang pahit, tapi wasit hanya menjalankan aturan.”
Respons UEFA
UEFA sendiri sejauh ini belum mengeluarkan pernyataan resmi. Biasanya, badan sepak bola Eropa itu akan menunggu laporan lengkap dari pengawas pertandingan dan wasit sebelum mengambil langkah apa pun. Namun, tekanan publik dan desakan resmi dari Barcelona membuat UEFA dipaksa bergerak cepat.
Beberapa media Eropa melaporkan bahwa UEFA akan meninjau rekaman pertandingan dan memeriksa laporan Marciniak serta pengawas pertandingan. Jika ditemukan pelanggaran prosedural atau kesalahan besar, bukan tidak mungkin Marciniak akan dicoret dari daftar kandidat wasit final Liga Champions musim ini.
Dampak Jangka Panjang
Kasus ini tidak hanya berdampak pada hasil pertandingan, tetapi juga pada citra UEFA. Selama bertahun-tahun, UEFA berusaha meningkatkan transparansi perwasitan dengan penggunaan VAR dan teknologi canggih lainnya. Namun, jika wasit lapangan tetap membuat keputusan kontroversial, publik akan semakin kehilangan kepercayaan.
Bagi Barcelona, ini juga menjadi ujian besar. Klub harus memutuskan apakah akan membawa kasus ini ke ranah formal seperti banding atau cukup berhenti pada desakan investigasi. Di sisi lain, Xavi Hernández harus memulihkan mental para pemain yang terpukul berat agar mereka tidak kehilangan fokus di kompetisi domestik.
Sejarah Barcelona dan Wasit Kontroversial
Menariknya, ini bukan kali pertama Barcelona merasa dirugikan di Liga Champions. Siapa yang bisa lupa semifinal 2009 melawan Chelsea yang penuh kontroversi dengan wasit Tom Henning Øvrebø? Atau kekalahan melawan Roma pada 2018 yang diwarnai klaim penalti yang tak diberikan?
Namun, Barcelona juga sering diuntungkan oleh keputusan wasit di masa lalu, membuat perdebatan seputar “keberuntungan” dan “ketidakadilan” semakin sengit di mata publik.
Harapan Fans dan Langkah Selanjutnya
Para fans Barcelona berharap klub tidak hanya berhenti pada retorika, tetapi benar-benar menuntut perubahan. Petisi online bahkan sudah muncul, meminta UEFA untuk mengganti sistem penunjukan wasit dan meningkatkan akuntabilitas.
Bagi UEFA, ini menjadi kesempatan untuk membuktikan komitmen mereka terhadap fair play. Bagi Barcelona, ini juga menjadi momen refleksi: mereka harus menemukan cara untuk lebih kuat, tak hanya bergantung pada keputusan wasit, melainkan menang dengan dominasi mutlak di lapangan.
Kontroversi antara Barcelona dan Szymon Marciniak ini adalah cermin dari betapa tipisnya garis antara kemenangan dan kekalahan di level tertinggi sepak bola. Ketika wasit menjadi pusat perhatian, biasanya itu pertanda ada yang salah dalam jalannya pertandingan.
Barcelona mungkin kalah di semifinal, tetapi mereka berhasil mengangkat isu penting: kualitas dan transparansi perwasitan. Apakah UEFA akan bertindak tegas? Apakah Marciniak akan mendapat sanksi? Waktu yang akan menjawabnya.
Satu hal yang pasti, musim ini akan selalu diingat oleh para Cules — bukan hanya karena tersingkir, tetapi juga karena merasa hak mereka untuk bermimpi telah direnggut wasit di lapangan.